MUHASABAH FILM PENISTA NABI SAW
Karena film ini begitu banyak yang harus tidak dimengerti kenapa harus byk korban. Belum lagi banyaknya pendapat2 yg "justru" mendiskreditkan Islam. Tapi bi idznillah, pastilah akan banyak sekali hikmah dan manfaat dari kejadian ini. Tulisan di bawah ini saya copast dari Ust. Mudzoffar Djufry, saya sepakat dg yang beliau tulis. Semoga bermanfaat...
=============================================================
Film IOM (Innocence Of Muslims) yang menistakan Baginda Sayyidina
Rasulillah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, tak lain merupakan
akibat “perpaduan” yang pas sekali antara ketidak berdayaan umat
muslimin dan kedengkian kaum kafirin!
Para pembuat film IOM
yang menistakan Nabiyullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
pastilah tahu dan yakin bahwa, lebih dari 1 miliar muslim seduna akan
marah terhadap film mereka. Tapi pertanyaan, perenungan, muhasabah dan
introspeksinya adalah: mengapa mereka tidak takut dan gentar?
Jadi sekali lagi tanya: Mengapa pembuat film IOM yang menistakan Nabi
Teragung Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak takut dan gentar kepada
kemaranan lebih dari 1 miliar muslim sedunia? Jawab: …? Bagaimana bisa?
Bagaimana mungkin?
Padahal salah satu keistimewaan yang
diberikan Allah Ta'ala hanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam dan ummatnya, adalah ditolong dan dimenangkan dengan cara
ditanamkannya rasa takut dan gentar di hati musuh saat mereka berada di
tempat yang berjarak tempuh sebulan perjalanan (lihat HR. Al-Bukhari dan
Muslim).
Maka mari berenung, bermuhasabah dan berevaluasi diri
bersama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang
artinya): “Hampir saja (sudah dekat saatnya) umat-umat lain berkomplot
terhadap kalian seperti layaknya para jago makan yang berkumpul di depan
hidangan makan mereka. Seorang sahabat bertanya: Apakah itu karena
sedikitnya jumlah kita saat itu? Jawab Rasulullah Shallahu ‘alaihi
wasallam: Tidak. Bahkan waktu itu kalian banyak sekali. Namun (kualitas)
kalian adalah ibarat buih dan sampah air bah. (Karenanya)sungguh Allah
benar-benar akan mencerabut rasa gentar terhadap kalian dari dalam hati
musuh kalian. Dan (karenanya pula) Dia-pun benar-benar akan menanamkan
di dalam hati kalian penyakit “al-wahn”. Sebagian sahabat bertanya:
Apakah gerangan penyakit “al-wahn” itu ya Rasulallah? Dan beliau
bersabda: Ia adalah cinta dunia dan benci mati (HR. Ahmad, Abu Dawud dan
lain-lain dari sahabat Tsauban radhiyallahu ‘anhu).
Seharusnya kita adalah umat terbaik, tapi mengapa fakta dan realitanya seolah-olah justru menjadi sebaliknya kini?
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Kalian adalah umat terbaik yang
dihadirkan untuk umat manusia, (karena kalian) menyuruh kepada yang
ma'ruf, mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara
mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik” (QS. Ali Imran: 110).
Seharusnya kita adalah umat tertinggi, tapi mengapa fakta dan realitanya seolah-olah justru menjadi yang terendah sekarang?
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Janganlah kalian bersikap
lemah, dan janganlah (pula) kalian bersedih hati. Karena kalianlah
orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kalian benar-benar
beriman” (QS. Ali Imran: 139).
Seharusnya kita adalah umat termulia, tapi mengapa fakta dan realitanya seolah-olah justru menjadi yang terhina?
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Hai orang-orang yang beriman,
barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah
akan mendatangkan suatu kaum (beriman) yang Allah mencintai mereka dan
merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang
mukmin, yang bersikap keras (berwibawa besar) terhadap orang-orang
kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan
orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada
siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi
Maha mengetahui” (QS. Al-Maidah: 54).
Allah Ta’ala juga
berfirman (yang artinya): “Mereka (orang-orang munafik) berkata:
"Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah (dari perang Bani
Al-Mushthaliq), benar-benar orang yang lebih mulia (maksudnya kaum
munafik) akan mengusir orang yang hina (maksudnya Nabi dan sahabat) dari
padanya (kota Madinah)." Padahal sebenarnya kemuliaan itu hanyalah bagi
Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, akan tetapi
orang-orang munafik itu tiada mengetahui (QS. Al-Munafiqun: 8).
Seharusnya kita adalah umat terunggul dan pemenang , tapi mengapa fakta
dan realitanya justru selalu terpojokkan dan terkalahkan?
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Dan barangsiapa berwala’
(mencintai, berpihak dan membela) Allah, Rasul-Nya dan orang-orang
beriman, maka sesungguhnya golongan (pengikut agama) Allah itulah yang
pasti unggul dan menang” (QS. Al-Maidah: 56).
Seharusnya kita
adalah umat terdepan dan pemimpin, tapi mengapa faktadan realitanya saat
ini justru berada di barisan akhir para pengekor?
Allah Ta’ala
berfirman (yang artinya): “Dan Kami hendak memberi karunia kepada
orang-orang yang tertindas di bumi, dan hendak menjadikan mereka
pemimpin-pemimpin, serta menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi
(bumi)” (QS. Al-Qashash: 5).
Seharusnya kita adalah umat saksi
atas seluruh manusia, tapi mengapa fakta dan realitanya sekarang justru
senantiasa berada di posisi tertuduh yang bahkan tak berdaya sekadar
membela diri?
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Dan
demikian (pula) Kami telah menjadikan kalian (umat Islam), sebagai umat
yang adil dan pilihan, agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan)
seluruh manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan)
kalian” (QS. Al-Baqarah: 143).
Seharusnya kita adalah umat
terkokoh dalam ikatan persaudaraan dan persatuan, tapi mengapa
pertikaian dan perseteruan internal selalu menguras energi kita, dan
bahkan mencabik-cabik tubuh lemah kita?
Allah Ta’ala berfirman
(yang artinya): “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab
itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu (yang
bertikai) itu, dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kalian dirahmati”
(QS. Al-Hujurat: 10).
Seharusnya kita, dengan dengan iman dan
akidah tauhid, seperti generasi mukminin pertama, adalah umat terkuat di
segala bidang, tapi mengapa fakta dan realitanya justru menjadi yang
terlemah di semua lini kehidupan?
Mengapa begitu jauh jarak antara idealita dan realita tentang umat ini? Mengapa faktanya hampir selalu sebalik yang seharusnya?
Sudahkah kita sadar bahwa, biang utama semua keterpurukan umat ini justru dari dalam tubuhnya sendiri, bukan dari luarnya?
Amirul Mukminin Sayyidina Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: Dulu kita
adalah serendah-rendah/sehina-hina umat dan kaum, lalu Allah memuliakan
kita dengan Islam ini. Maka kala kita mencari kemuliaan kepada selain
Islam, pastilah Allah akan merendahkan dan menghinakan kita kembali!
Dan Imam Malik rahimahullah pun mengingatkan dengan ungkapan
singkatnya: Generasi akhir umat ini tidak akan pernah bisa menjadi baik,
kecuali dengan cara sama yang telah membaikkan generasi awalnya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar