Senin, 09 Januari 2012

Ruangku, Ruangmu, Ruang Kita

begitulah.
Setiap pasangan pastilah tetap memiliki ruang yang "aku banget". Artinya, ruang itu penguninya ya cuman aku. Meskipun sudah terikat dalam pernikahan, ruang itu tetap ada. Ruang saat suami tidak atau belum ingin berbagi masalah atau crita dengan istrinya, ruang saat istri ingin tidak membagi rahasia dengan suami, dsb. Dan itu wajib dihargai.

Kenapa?

Karna pernikahan tak menjadikan kita sama.
Pernikahan tak menjadikan kita harus selalu dan benar2 terbuka semuanya. Karna pernikahan juga tidak harus kemudian harus TAU semua hal tentang pasangan kita. Begitulah.

Suami saya asli pendiam dan pemalunya, terkadang saya tau terjadi sesuatu pada hati dan pikirannya, tapi bukan wilayah saya utk membuat dia harus bicara. Wilayah saya adalah menyamankannya, mencoba mengajaknya bicara tentang banyak hal, membuatnya nyaman dengan masalahnya dan kemudian memberinya semangat bahwa semua akan baik2 saja dan berjalan dengan sempurna.

Begitulah. Semua pasangan pasti masih memiliki hal2 pribadi, bahkan itu adalah pasword fesbuk, imel dsb. Mungkin bukan karena ada "sesuatu" di dalam fesbuk/imelna, tapi mungkin ya itu masih dianggap ruang rahasia. Tapi jika memang pasangan mau berbagi pasword ya silakan... Sekali lagi saya bicara tentang saya dan sinda suami saya :P


Dulu saya teman saya dengan sangat yakin membuka semua tentang dirinya kepada istrinya. Saat itu mereka baru hendak menikah. Si laki2 bercerita semua sampek tentang mantan pacarnya. Saat saya bertanya, untuk apa? Dia bilang saya ingin menghargai dia yang mencintai saya. Just it? DIa bilang iya. Apa kamu tidak mencintainya? Dia hanya diam. Saya bilang padanya, kamu tidak mencintainya (saat itu mungkin benar). Kalau kamu mencintainya pastilah kamu bisa menjaga hatinya. Tidak semua wanita bisa menerima sisi masa lalu pasangannya dengan wanita lain, tapi aku harap calonmu tidak begitu.

Kenapa saya ambil kisah ini sebagai contoh? Karna saya sangat tau istri teman saya itu sangat membenci mantan pacar suaminya (sekarang mereka sudah menikah). Benci yang membabi buta. Padahal tidak pernah ada kenal sama mantannya, tidak pernah ada kontak, dsb. Saya merasa itu seperti parno sendiri gitu, rasa khawatir jika terjadi sesuatu diantara mereka kembali. Itu baru efek nyatanya. Efek ga nyatanya? Aihhh... Banyak lagi. Bisa putus hubungan teman tu dengan mantannya, ga bisa lagi sekedar saling sapa. Dan itu sangat menyakitkan saya rasa. Okelah kalo sudah sama2 dewasa, bukankah yang lalu biarlah berlalu?

Jadi begitu. Biarkan ruang pribadi itu tetap ada. Bukan sebagai penghalang keterbukaan, tapi biarkan hati kita bisa menghargai "rasa" pasangan kita. Bukan juga sebagai hal yang terasa tdk sejalan, tapi inilah pernikahan : isinya ya perbedaan yang bersatu.

Maka tetaplah mengerti dan menghargai. Karna itulah cinta...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar