Senin, 19 Desember 2011

Bagaimana Caramu Berdoa


Pernah baca buku “Mengapa Doa Saya Selalu Dikabulkan Tuhan?” Sejujurnya sy lum baca buku itu, tp buku itu saya temukan di rak buku suami. Sebenarnya memang terasa pede penulis buku itu memberikan judul bukunya. Tapi kalo sy amat2i apa yg diungkapkan penulis itu hampir sama dengan yang diajarkan Islam.

Saya nulis ini sebenarnya sdh lama, tapi terus mandeg di hardisk.
Baru kepikiran utak atik lagi setelah pelatihan minggu lalu. Berdoa itu “minta, yakin, terima” ada di surat al baqarah 186. Malah Allah yg nyuruh kita meminta dan janjiNya Dia yg akan memenuhinya. Siapakah yg lebih baek janjinya daripada Allah?

Nah yg pertama adalah minta (dg detail).

Minta saja semuanya. Siapa siy yg memiliki kuasa di alam ini? Siapa satu2nya yg bisa memenuhi keinginan kita? Siapa yg bisa menaklukkan semua harapan2 kita? Satu2nya penguasa, satu2nya pemilik, satu2nya pemberi. Ya hanya Tuhan semesta alam, Allah swt. Jadi minta saja. Mintalah apa saja. Semua yang kita inginkan, Dia punya. Tidak perlu malu, sungkan apalagi jaim. Pokoknya minta saja, Allah yg akan membuat skenario akhir permintaan kita. Kalo Allah sdh janji akan menepati, maka pasti ditepati kan? Jangan lupa mintalah dg sedetail2nya. Kelihatannya ini memang kurang ajar dan ga sopan banget, tapi Allah suka yg seperti ini insya Allah. Bukankah Allah jg yg menyuruh kita meminta dengan sejelas2nya.

Ust. Ahmad Arqom (seperti diceritakan mas Adry) pada ramadhan yg lalu (entah berapa taun lalu) meminta pd Allah seperti ini ”Ya Allah, saya ingin mendapatkan 10 juta pada ramadhan kali ini. 5 juta utk keluarga dan  perbaikan rumah. 1 juta utk fakir miskin, 2 juta utk trusco, 1 juta utk keluarga besar saya, 1 juta utk dana sosial” Detail kan? Rasul saja doanya jg sangat detail. Dan hasilnya? Doa ust. Arqom terpenuhi 100% bahkan mungkin lebih. Lalu beliau berdoa ”Ya Allah saya ingin 30 juta bulan ini. Sekian juta utk ini, utk itu dst... Dan cerita terakhir dari doa detail beliau yg dikabulkan adalah ”Ya Allah, saya minta xenia” Sekarang xenia warna putih metalik itu telah menemani beliau kemana2.

Harus didetailkan kan? Ini bukan menggurui Allah lho, justru rasanya ga sopan jika kita hanya bilang ”Ya Allah berilah aku rizkiMu”. Lalu Allah memberi kurang dr harapan dan kita bukan bersyukur malah menggugat2. Lalu diberi lebih kita juga belum tentu ingat bersyukur. Bukankah kalo detail begitu, sudah jelas mana kebutuhan kita dan mana bentuk syukur kita atas permintaan itu?

Dulu pas berdoa ttg jodoh saya, saya selalu berdoa ”Ya Allah aku pengen berjodoh dg laki2 pendiam, tidak terlalu bergaul dg perempuan, giat bekerja, mengaji. Kalo bisa yg pake kacamata” Dan akhirnya begitu yg Allah berikan. Kalo kemudian saya bilang suami saya sulit romantis, ya itu sdh resiko karna memang saya tidak pernah menyebutkan romantis dalam doa saya. Bonus yg saya dapatkan adalah ”yg pake kacamata” karna saya hanya bilang ”kalo bisa”. Berarti boleh iya dan boleh tidak bukan? Dan demi Allah, suamiku laki2 yg seperti itu. Kalo tdk disentil ya tdk bicara. Teman perempuannya ya teman2ku itu. Bahkan dia sama sekali ga kenal dg teman2 ngajiku, hanya tau saja. Itu sdh cukup katanya.

Kedua, yakinlah.

Allah sesuai dnegan sangka kita. Kenapa saya selalu seolah yakin kalo anak dlm rahim sy ini laki2? Ya karna saya pengen meminta dg yakin. Bahkan saat hasil usg mengatakan anak saya cantik, saya belum mengubah doa. Saya tetap berdoa ”Ya Allah aku ingin melahirkan seorang anak laki2 yg sholeh dengan cara normal. Dan jadikan dia pejuangMu kelak” begitu dan begitu saja doa saya. Dan keyakinan itu perlu distimulus. Itu kenapa saya selalu menulis dan memanggil anak saya dengan ”anak sholeh, Langit, dsb” itu.

Bagaimana jadinya kalo kita meminta dg tidak yakin? Ya resiko sendiri kalo Allah ga menuhi keingian kita kan? Wong kita mintanya dg gak yakin. Gak yakin kalo dipenuhi, gak yakin kalo layak dipenuhi, ga yakin kalo terpenuhi. Lahhh... kita ini minta pd yg maha memiliki, kenapa mesti ga yakin?

Lihat saja doa2 rasul pd perang2 beliau. Bahkan beliau pernah ”mengancam” Allah dg doanya pd perang Badar ”Ya Allah jika kali ini Engkau tdk memenangkan kami, maka aku tidak yakin Islam akan berkembang setelah ini”. Bukankah itu artinya keyakinan itu memang harus bertumpuk2 bentuknya? Jangan sungkan meminta, jangan jaim meskipun kita banyak dosa. Bukankah Allah juga tidak mencabuti kuku2 orang2 yg tdk bersyukur pd nikmatNya? Bukankah Allah juga tetap membaguskan wajah kita saat kita lalai? Bukankah Allah juga tidak memotong telinga orang2 kafir yg memusuhi agamaNya?

Jadi mintalah dg yakin. Karna Allah itu maha sayang dan kasih. Allah tdk bilang yg boleh berdoa padaku hanya orang2 yg kupilih. Tapi Allah bilang ”’Ud ’uuniiy wastajib lakum” Mintalah padaKu dan aku akan mengabulkan utk kalian...

Selanjutnya, Terima.

Setelah meminta, maka terima apa yg diberikan Allah. Bersyukurlah utk semua itu. Namun jika yang kita terima belum sesuai dg yg kita inginkan, maka carilah cara utk tetap beryukur. Ingat hukum kata ”semakin”. Semakin tdk bersyukur, semakin sakitlah hati kita. Apalagi kalo hanya urusan dunia, semakin dikejar rasanya semakin jauh saja bukan? Semakin kita pengen punya rumah, sudah dipenuhi sama Allah kita pengen punya ini itu. Semakin tdk puas bukan? Tapi itu boleh... sangat boleh bahkan.

Lalu apa konsekuensi dari doa2 kita?

Yg pasti, dan selalu harus adalah bersyukur.
Allah bilang, jika kalian bersyukur maka Aku akan menambah nikmatKu padamu. Namun jika engkau kufur, maka sesungguhnya siksaKu teramat pedih. Bersyukurlah... maka pasti akan ditambah nikmatNya. Bukan hal yg susah bukan jika harus memberikan porsi khusus utk rasa syukur kita?

Bagaimana syukur kita? Umpp... zakatlah jika sdh sampai nishab. Zakatlah jika gaji tahunan/bulanan sudah sampai pd nishab yg Allah berikan. Banyaklah berinfaq, memberi lebih banyak pd yg membutuhkan. Percayalah, dengan memberi maka engkau akan semakin dan semakin kaya. Pegang kata2ku, orang yg paling kaya adalah orang yg paling banyak zakatnya. Berzakat atau berinfaq itu bukan MENYISIHKAN lho ya, tapi memang MENGALOKASIKAN. Kecuali utk zakat, maka infaq harus demikian. Kalo zakat memang itung2annya adalah harta bersih yg kita miliki, namun lebih baek lg jika kita berani menghitung sejak awal. Namun berinfak, itu HARUS dialokasikan. Jangan mikirnya infaqnya setelah semua kebutuhan terbeli ahh... Alokasikan saja dulu. Misal dari 500 ribu, alokasikan 25rb atau 50rb. Biarkan 25rb kita itu yg akan membantu pekerjaan2 kita selanjutnya. Deal? :D

Kedua, teruslah mendekat dan mendekat...
Satu jengkal kita berjalan, maka Dia mendatangi kita dg berlari2 bukan? Saya selalu mrinding dg kalimat ini. Itulah salah satu bahasa cinta. Bukankah kalo kita sdg ”marahan” dg pasangan, maka yg terjadi juga sebaliknya? Akan terasa ada jarak, tidak nyaman dst. Sama sebenarnya... Saat rasanya seminggu telat tahajjud, maka hati jg rasanya bersalah terus. Saat kita tdk tahajjud, maka Allah jg semakin jauh dari kita.

Namun menjauhnya Allah dari kita bukan berarti Allah tdk sayang kita. Lihatlah bagaimana kita ”mengkhianati” nikmatnya, tapi tiap saat tiap detik tetap saja Allah memberi kita nafas. Andai ada perjanjian, jika kita ingkar maka Allah akan menghentikan rizkiNya, apa jadinya kita teman? Itulah kasihnya Allah... jadi mendekatlah. Agar Allah bisa selalu memeluk kita, menghapus kesah kita, meringankan beban kita, menghapus air mata kita. Mendekatlah agar kita bisa merasa bersandar dg utuh pada kekuasaanNya.

Ketiga, tentu saja terus tetap bersabar.
Bukankah jika tdk diberikan di dunia, maka Allah sdh memberikan gantinya di akhirat? Dan jangan terburu2 menghakimi Allah tdk adil, karna memberikan sesuatu tdk seperti yg kita inginkan. Ingat, teman! Allah memberikan yg kita butuhkan, dan bukan sekedar memberikan yg kita inginkan. Bukankah bisa jadi sesuatu yg kau anggap baik itu belum tentu baik di depan Allah? Dan sesuatu yg buruk di matamu belum tentu buruk pula di mataNya?

Sabarlah jika doamu belum berhasil. Sangat besar kemungkinan Allah sdg menyiapkan kejutan super besar utkmu.

Keempat, tetaplah giat berusaha.
10 juta yg diminta ust arqom bukan lantas menjadi doa saja. Karna uang 10jt itu tdk jatuh begitu saja. Istilahnya, kita jg harus punya mapping utk doa2 kita. Kalo saya minta ”Ya Allah sy pengen punya cyber book cafe dalam sekian taun” maka sejak sekarang sy harus punya yg namanya plan2 strategis. Utk 10jt itu juga, sy yakin ust. Arqom jg sudah punya strategic plan. Kalo saya bilang saya pengen punya lima anak dalam sekian tahun, maka sejak sekarang sy sudah merencanakan kapan timing yg pas utk itu, apa yg harus saya kerjakan dg yg sudah ada dan yg akan datang dst.

Ingat teman, yg kita butuhkan adalah keyakinan dlm meminta. Jangan bilang ”ihh... mungkin ga siy?” atau ”haduh... muluk2 banget”, yahh... resiko sendiri bukan kalo doa2 itu tertahan di kaki langit? J

Sikapi semua yg terjadi dg doa. Apapun yg kita rasakan, sikapi dg doa.
Saat meminta sesuatu, sikapi dg sikap ksatria dg semua hasil. Saya meminta seorang anak laki2 sholeh saat ini, namun jika kemudian Allah memberi hasil seorang bayi shalehah, maka itu sudah tetap menjadi kewajiban utk bersyukur. Toh sy pengennya anak sy bs jadi pejuangNya nanti, memberikan waktu dan tenaganya utk agamanya. Bisa sekolah di negara A, B, C. Bisa memberi manfaat sebanyak2nya. Bukankah laki2 atau perempuan tetap bisa menjadi pejuangNya bukan? Seorg perempuan ttp bisa menjadi pejuang di tengah peperangan bukan? *pas saya nulis ini, anak sy bergerak2. hihihi*

Nah temans, itu dulu saja. Kalo ada yg gak berkenan, maka maafkan... saya sedang ingin menebar benih yg saya dapatkan. Dan saya pikir ini benih kebaikan, jadi sebanyak mungkin saya bisa menebarnya, maka sebanyak itu pula saya bisa menuainya kelak, insya Allah...

Bersemangat dan yakinlah!

(ra, spesial for my lelaki akhirat, just “be” hun! J )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar