Senin, 19 Desember 2011

Berani Berjuang Untuk Hidup dan Kehidupan


Menarik sekali cerita pagi ini. Tepat pada saat hari Kartini, dari TV1 mewawancarai sepasang suami istri dengan 25 anak (7 diantaranya meninggal). Jadi total anak yang masih hidup ada 18. Dengan satu istri, dengan 18 anak? Subahanallah... Mrinding saya rasanya. Mrinding2 kagum lucu dan campur2. Kok bisa ya? Kok mampu, bagaimana caranya ya?
           
Dan pagi ini saat penyegaran ruhiy pagi hari di kantor, pak direktur bercerita tentang ini. Sambil diselingi guyonan, kita berempet berhitung. Usia terakhir ibu itu melahirkan adalah 45th. Sementara ibu itu menikah usia 16th, jadi usia pernikahan kurang lebih 29 tahun. 29 tahun dengan 25 anak? Itu artinya sepanjang tahun melairkan, dengan masa RESES 4th utk 25 anak tersebut. Kami sempat tertawa dengan istilah masa RESES ini. Mentang2 habis ikut kumpul anggota dewan yang reses, makanya sok gaya pake istilah reses juga. Hahahaha. Jadi benar, masa reses itu adalah saat nifas sang ibu. Dan kami sama2 tertawa lagi saat menyimpulkan mungkin ibu itu kembali hamil saat usia anaknya baru 4bln. WOW!
            Apakah itu diluar pertimbangan?
            Saya pikir tidak. Andai diluar pertimbangan, pastilah mereka tidak akan ”kebobolan” sebanyak itu. Biasanya orang kebobolan hanya 2-3x melahirkan, lha ini masa kebobolan sampe 22x? Gugur satu asumsi kebobolan :P
            Apakah mereka orang ”mampu?”
            Tidak. Dalam kacamata orang pada umumnya, biasanya yang anak banyak itu para kyai (kdg dengan catatan dg lbh dari 1 istri). Jadi wajar saat ada laki2 yg mempunyai anak 40 dengan 8-10 istri. Itu artinya kan hanya rata2 4-5 anak per istri. Dan mereka rata2 mampu. Kalopun tidak mampu dengan alasan ternyata kebobolan tadi, biasanya paling2 hanya 10 sudah penuh.
            Mereka benar2 orang biasa dalam kacamata ekonomis. Sang suami adalah tukang becak, dan istrinya penjual gorengan atau makanan kecil. Suami mempunya penghasilan 10rb bersih tiap hari, istri 20-25rb bersih tiap hari. Sungguh benar2 orang biasa kan?
            Saya hampir saja berpikir bahwa pasangan ini tanpa pertimbangan. Ah tidak mungkin juga, wong kenyataannya anak2nya bersih2, kelihatan ganteng2 cantik2, sehat, relatif gemuk2. bagaimana caranya mereka membagi dan berbagi?
            Teringat Gayus Tambun(an) kembali. Dengan 12jt per bulan, satu anak satu istri, ternyata bukan ukuran mampu dan cukup. Saya ingat kata orang tua jaman dulu, memang mulut itu kelihatannya kecil tapi muatannya banyak ;)) Bahkan rumah mewah pun bisa masuk dalam mulut. Xixixixi. Tapi sungguh, pasangan ini tidak mendapat bantuan dari siapapun utk menghidupi keluarganya (tms dari pemerintah), itu menurut pengakuan keduanya. Semuanya diasuh sendiri, tanpa bantuan orang lain. Bahkan kata sang ibu dia tidak punya keinginan utk memindah asuhkan anak2nya apalagi menjual anak2nya pd orang lain. Itulah bedanya kalo melahirkan dengan pertimbangan dan melahirkan dengan kebobolan :D
            Kira2 apa ya pertimbangan keluarga sangat besar tersebut?
            Yang pasti, janji Allah sudah sangat jelas. Bahwa Allah akan memberikan rizki kepada setiap yang bernyawa. Itu artinya, berapapun jumlah anak yang dimiliki manusia, maka pada saat itu pula Allah telah menjamin rizki mereka. Meski kemudian memang secara logika, setiap yang kita inginkan harus kita perjuangkan. Artinya, rizki tidak akan datang dengan sendirinya meskipun sudah sangat jelas jaminannya dari Allah.
            Entahlah, Allahu alam maksud dan pertimbangan keluarga sangat besar ini. Namun yang pasti, kami belajar satu hal penting. Yaitu berjuanglah untuk hidup ini. Karna –meminjam istilah dari tarbawi- bahwa hidup tidak pernah datar. Jangan pikir sosok paling kaya di dunia ini akan dijamin bahagia oleh Allah. Karna rasul sendiri beramanat janganlah memakai ukuran dunia untuk kebahagiaanmu. Meskipun di lain sisi, Rasul juga mengamanatkan kita untuk berjuang di dunia ini.
            Benar dan tepat seperti yang diriwayatkan dalam hadits arbain nawawi, zuhudlah kepada dunia, niscaya Allah akan mencintaimu. Dan zuhudlah kepada yang dicintai manusia, niscaya manusia akan mencintaimu. Saya pikir, kisah ini inspiratif. Karena mereka berani untuk memilih mempunyai keluarga sangat besar dalam keterbatasan mereka. Dan satu hal, mereka yakin untuk bersaing secara sehat untuk mendapatkan rizki2 yang dijanjikan Allah akan diberikan kepada setiap yang bernyawa. Kalo dihitung2, di Indonesia paling juga ini satu2nya. Apalagi di barat, hayah jauhhh... Mereka saja programnya jangan banyak2 anak kok (:D) Bukankah itu artinya setiap yang tidak terlahir tidak terhitung akan menikmati rizkiNya? Maka berlomba2lah untuk memburu rizkiNya melalui anak2 kita, begitu sepertinya closing yang saya tangkap dari direktur saya. Dan sekali lagi, kami terkekeh2 kecil sambil menghitung berapa nanti pundi rizki yang dititipkan Allah pd kami. Di daerah saya, di komunitas partai saya, yang paling banyak baru mempunyai 8 anak. Masih belum kesebelasan seperti ust. Tamim al Ula yang ada 13. hihihihihi
            Apa kata suami saya dengan wacana ini?
            ”Kita ikuti saja semua keputusanNya yang sudah ditulis. Sambil belajar semampu apa kita menanggung tantangan itu”. Uhuk2.

(ra, berbangga dan berbahagialah karna sdh diciptakan sbg wanita olehNya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar