Senin, 19 Desember 2011

Slide Kecil Uhud

Ketika mendengar berita kematian Muhammad SAW, pasukan Quraisy langsung menyerbu ke arah di mana beliau berada. Kala itu Rasulullah hanya dikelilingi 14 orang sahabat yang berusaha melindunginya dengan jiwa-jiwa mereka. Mereka berusaha membelah jalan menuju bukit Uhud di tengah badai kedengkian yang dihembuskan orang Quraisy. Kemudian para sahabat sedikit demi sedikit mulai berkumpul mengelilingi pasukan kecil yang begitu gigih ini.
Pasukan musyrikin berhasil mendekati posisi Rasulullah SAW. Salah seorang dari mereka melemparkan batu yang berhasil memecahkan hidung dan gigi depannya, melukai wajah dan kedua bibirnya hingga dua bulatan besi yang menutupi mukanya masuk melukai bagian atas pipinya.
Begitulah luka yang dialami Rasulullah SAW. Namun beliau masih mampu menguasai dirinya dan terus berjalan bersama para sahabat di sekitarnya. Beliau terperosok ke dalam lobang yang dibuat oleh orang-orang musyrik. Serta merta Ali Bin Abu Thalib meraih tangannya dan Talhah Bin Ubaidillah membantu menaikkannya. Kemudian terus melangkah mendaki gunung Uhud bersama para sahabat. Selamatlah mereka dari gempuran musuh yang dengan gigih mendesaknya.     
Sekelompok kecil pasukan islam ini menganggap perang belum selesai. Baru saja mereka mampu merubah berat timbangan perjuangan dengan tambahan darah para syuhada. Dengan darah mereka mampu mengukir sejarah baru. Mereka mati-matian melindungi Rasulullah dengan bentuk kepahlwananan dan keberanian yang terabadikan dalam sejarah sepanjang masa.   
Inilah Ummu Ammarah Al-Anshariyah, yang keluar bersama pasukan untuk memberikan minum kepada para mujahidin yang terluka. Ketika pasukan muslimin mengalami kekalahan, ia meninggalkan kerjaannya memberi mimun. Kemudian ia menghunus pedang dan berperang melindungi Rasulullah SAW. Ia ikut melempar panah hingga badannya terluka. Rasulullah berkata tentangnya: “Tidak seorang pun mampu melindungiku saat itu seperti yang dilakukan oleh Nusaibah Binti Kaab.”
Abu Dujanah berdiri melindungi Rasulullah dengan badannya. Ia merunduk ke arah Rasulullah membiarkan punggungnya menjadi sasaran panah. Sementara Saad Bin Abu Waqash berdiri di sampingnya terus membidik panah ke arah musuh. Rasulullah memberikan anak panah kepadanya seraya berkata: “Lemparkan, ayah dan ibuku akan menebusmu!”
Inilah Anas Bin Nadlar. Ketika melihat sebagian sahabat, di antaranya Abu Bakar dan Umar tertunduk sedih karena menduga Rasulullah betul-betul telah gugur, ia berkata:
“Apa yang membuat kalian tertuduk?”
Mereka menjawab: “Rasulullah telah terbunuh.”
Ia bertanya kembali: “Apa yang akan kalian perbuat untuk kehidupan setelahnya? Bangkitlah dan gugurlah sebagaimana beliau gugur!”
Kemudian Anas kembali berperang dengan penuh kegigihan. Ia menggempur musuh dengan cara yang tiada tara dan ia baru gugur setelah terkena 70 pukulan senjata musuh.     
Pasukan Quraisy merasa lesu menghadapi kegigihan ini. Mereka kelelahan menghadapi pasukan muslimin. Mereka tertidur pulas, kemudian bangun dan beranjak pergi.  
Orang-orang Quraisy yakin bahwa Rasulullah SAW telah mati. Mulailah Abu Sufyan memeriksa mayatnya di antara mayat-mayat pasukan yang terbunuh. Rasulullah SAW memerintahkan para sahabatnya untuk menyangkal berita kematiannya agar orang-orang Quraisy tidak kembali menyerangnya. Namun seorang sahabat Kaab Bin Malik melangkah ke arah Abu Dujanah dan teman-temannya.
Saat itu ia tahu bahwa Rasulullah belum terbunuh, kemudian berteriak lantang: “Wahai kaum muslimin, bergembiralah! Ini dia Rasulullah.” Rasulullah berisyarat kepadanya untuk diam. Namun kabar gembira telah menyeruak ke dalam hati kaum muslimin yang kemudian bangkit mengitari Rasulullah. Di antara mereka adalah Abu Bakar, Umar, Ali, Zubar Bin Awwam dan para sahabat yang lain.
Orang-orang musyrik tidak membenarkan teriakan ini. Mereka mengiranya hanya sebagai panggilan untuk menyatukan kembali pasukan islam dan semangat mereka yang sedang tercerai berai. Namun sebagian pasukan Quraisy bergerak menyusul Muhammad dan rombongannya.
Ubay Bin Khalaf berhasil menyusul mereka dan berteriak: “Hei, mana Muhammad? Saya tidak boleh selamat jika dia selamat.”
Kemudian Rasulullah menikamnya dengan tombak yang membuatnya menggelepar-gelepar di atas kudanya. Kemudian ia kembali dan tewas di tengah perjalanan.
Kaum muslimin tiba di jalan yang pertama. Mulailah para sahabat mengobati dan membalut luka Rasulullah SAW. Pada saat itu, Khalid bersama pasukannya mendaki bukit. Umar Bin Khattab bersama sahabat Rasulullah yang lain menghalau serangan dan berhasil mengusir mereka. Kaum muslimin kembali menaiki bukit. Saat itu Rasulullah merasakan kelelahan hebat hingga beliau melakukan shalat dzhuhur dengan cara duduk dan kaum muslimin yang dibelakangnya juga shalat dengan duduk. 

(me feat khalid bin walid) :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar