Senin, 19 Desember 2011

Pada Satu Ruang Bernama : CINTA


Mari bertanya,
Cinta itu berkembang
Atau bertumbuh?
Atau berkembang dan bertumbuh?

Pada sebuah ruang bernama : cinta
Menyemailah sebuah harapan
Karna cinta, seperti banyak orang bilang
Adalah harapan
Aku katakan aku akan menyemai
Karna harapanku, nanti aku akan memetik
Dan tentu saja, buah dari cinta yang akan kupetik adalah
Kebahagiaan

Hhhh….
Pada sebuah ruang bernama : cinta
Aku tersaruk juga
Bisik seseorang, cinta memang kadang menyakitkan
Kuhalau kemudian dan aku mencoba tetap berjalan
Menantang semua halangan
Karna aku hanya percaya
Cinta adalah kebahagiaan

Sampai kemudian…
Huh hah huh hah… Wusss…
Aku berlari,
Terus berlari , lagi dan lagi
Hhhhfff… Sampailah aku disini
Inikah puncak cinta?
Apakah disini terminal terakhir cinta?
Coba katakan,
Apakah pernikahan adalah buah dari cinta?
Ataukah cinta berakhir harus dengan pernikahan?

Ahhh… Tidak juga, kawan!
Cinta tidak harus berarti pernikahan
Ingatlah Umar bin Abdul ‘Aziz,
Cintanya… cintanya…. Arggghhh…
Cinta sang khalifah itu tidak berakhir disana, pada sebuah ruang bernama : pernikahan

Marilah duduk sejenak, setingkat denganku
Pernikahan itu (katanya) indah
Dan cinta adalah muaranya
Dan harusnya begitu pula ia bekerja

Hhh…
Pada sebuah ruang bernama : cinta
Di situlah harapan
Di sanalah cita
Di sinilah asa
Di situlah semua muara kehidupan
Di situlah… di situlah…  Pada sebuah ruang bernama : cinta

Dan pada sebuah ruang bernama : cinta
Katakan padaku,
Bagaimana caranya menikah
Karna cintakah aku menikah
Ataukah…
Demi cinta aku harus menikah?

Begitulah…
Pada sebuah ruang bernama : cinta
Mari bahagia!

(Ra, pada satu cintaku : kamu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar