Senin, 19 Desember 2011

Kelima


July 25, 2005

Pagi dunia, pagi semesta, pagi cinta, pagi aku…
Aku senang setiap kali bisa dengan sadar bersykur dan berterima kasih pada Tuhanku yang paling maha sayang aku dan keluargaku. Aku bilang dengan sadar karena selama ini sering kali aku kudu diingetin buat bersyukur. Sekedar menjalankan sholat dan ibadah dengan baek masih suka ngasal. Yah… makanya rasanya lega banget saat aku bisa dengan sadar ingat semua kasih sayang Allah dalam detikku sepanjang usiaku ini.

Aku ingin menulis apa ya?

Iya, aku tau. Special request untuk calon pemimpinku di dunia dan akhirat, ayah dari anak-anaku kelak. Ehem, ehem… Salah satu hal membahagiakan ati kita adalah saat kita dipanggil dengan panggilan yang kita inginkan. Nah, aku mau nulis tentang itu. Duh duh, kok ada deg-deg lagi ya? Hff… bismillah.

‘Nda!
Aku ingin memanggilmu begitu. apakah engkau tau apa artinya itu?
Akupun tidak tahu sebenarnya. Aku hanya merasa nyaman dan seneng saja dengan panggilan itu. ‘Nda bukan kanda. ‘Nda itu kalo di Jawa-di lingkunganku- panggilan keakraban. Sangat akrab bahkan. Bukan lantas aku mau menyamakan memanggilmu dengan memanggil teman-temanku, tapi aku punya tarikan yang berbeda dengan panggilan ini.

Kita akan bicara tentang ini nanti. Saat ini aku hanya ingin menulis bagian kecil dari teori bu Marwah Daud tentang mengelola hidup dan merancang masa depan. Bukankah engkau adalah masa depanku? Meski mungkin berasal dari masa laluku. Lah!

Jadi mulai saat ini, aku akan menghidupkanmu disini. Bukan mengkhayalkanmu. Aku tak hendak berkhayal dengan adamu, tapi aku akan menghidupkanmu. Itu artinya, sebelum engkau hidup dalam kehidupanku beneran, engkau kuhidupkan dulu disini. Tentu saja itu setelah kita sama-sama bersyukur karna Allah telah memberikan kita hidup dan kehidupan terlebih dahulu pada kita.

Nah jadi gitu, ‘nda!
Masih deg rasanya hatiku dengan panggilan ini. Apa ya begini ya yang dirasakan Aisyah saat memanggil Rasulullah. Ya namanya juga manggil orang yang kita sayang, pastinya kudu selalu deg gitu kan?

Hari ini aku cuman pengen nulis tentang itu. Aku cuman pengen nulis bahwa aku ingin memanggilmu dengan panggilan paling sayang dan mutakhir abad ini : ‘Nda. aku akan menghidupkan cintaku dengan memanggilmu dengan panggilan itu. Aku menyiapkan panggilan ini seperti aku menyiapkan tentang masa depanku. Karna engkau adalah masa depanku.

Kalo kata rasul kan panggillah dengan panggilan yang disukainya. Aku tidak akan egois, ‘Nda. Aku akan bertanya padamu –nanti- apakah engkau suka kupanggil ‘Nda?  Aku belum menemukan panggilan manis lain selain ini. Aku sama sekali gak pengen manggil dengan panggilan yang biasa aku gunakan untuk manggil laki-laki lain. Di dalam kehidupan dan lingkunganku mulai dari bangun tidur sampek aku bergulat di organisasi aku banyak mempunyai panggilan untuk sesosok laki-laki. Kadang mas, kang, akhi, pak, pakdhe, bos, bro, dsb, dll. Sama sekali aku gak pengen make itu untuk memanggilmu. Engkau tau kenapa?

Karna engkau beda!
Aku bersyukur dengan hadirmu dengan syukur yang dalam. Bukan berarti aku tidak bersyukur dengan kehadiran mereka juga. Tapi syukurku sangat berbeda untuk kehadiranmu. Andai engkau tak hadir dalam kehidupanku, maka agamaku tidak akan menjadi utuh. Andai engkau tak hadir dalam kehidupanku hingga aku mati, maka aku termasuk mati dalam keadaan yang buruk. Andai engkau tak hadir dalam kehidupanku, maka aku akan menemui kehidupanku tanpa generasi dari darah dan nafasku sendiri.

Hff… jadi nikmat Tuhanku yang mana lagi yang dapat aku dustakan?

Bagian dari syukurku atasmu adalah dengan memanggilmu dengan panggilan yang berbeda. Bukankah Allah juga menyediakan nama-nama indah bagi dirinya sendiri untuk memudahkan kita bercengkrama dan merayu pilu padaNya. Saat butuh uang, Allah punya panggilan indah ya Razaq atau ya Wahhab. Saat kita butuh kasih sayang, Allah kasih alternative panggilan Ya Rahman ya Rahiim.

Apa efeknya dari panggilan itu?

Tidak ada. Tidak ada efek buruknya maksudnya. Malah akan semakin mendekatkan jiwa satu sama lain. Coba bayangkan jika tiba-tiba kita merayu Allah cuman dengan kalimat, “Allah, anugrahkan rizki yang halal dan berlimpah dengan izinmu padaku”. Ya wajar memang, tapi kok rada garing ya. Coba diganti dengan “Allahu Rozaq, anugrahkan padaku rizki yang halal dan berlimpah dengan izinmu padaku”. Lebih kerasa menghargai dan mengharap kan?

Jadi, ‘Nda…
Karna aku tau engkaulah masa depan terutamaku nanti, maka aku akan menjadikanmu paling utama juga. Mulai dari hal kecil seperti ini. Nanti kapan-kapan aku juga akan ungkapkan aku ingin dipanggil apa. Karna sekarang aku lum tau. Lum dapat inspirasi.

Hfff… aku menyayangimu dengan segenap bumi dan langit.
[bersama ed Coustic]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar