Senin, 19 Desember 2011

Ketiga


Mei 16, 2005

Aku menemukan sesuatu hari ini. Karna aku harus menulis disini, maka akan kutuliskan yang berkaitan dengan yang ada disini. Kenapa aku selalu malu ya tiap kali harus menuliskan tentang cinta? Apakah bab cinta memang selalu bisa membuatku malu-malu bak kucing? Ah tidak lah… aku kan bukan kucing.

[tiba-tiba memang si Putri kucing sebelah rumah lewat dan menyapaku. Ah!]

Cinta itu –kata tulisan itu- bukan bagaimana menjadi pasangan yang sempurna bagi seseorang. Tapi…
cinta itu, bagaimana menemukan seseorang yang dapat membantumu menjadi diri sendiri. Dan karna itulah kamu sempurna!

Nah itu dia…
Menemukan seseorang yang dapat membantumu menjadi dirimu sendiri. Apa pula itu? Sebenarnya memang belum ada satu pendefinisian cinta yang tepat. Di kamus saja kayaknya sampek kesulitan mengartikan kata cinta itu apa. Sampai terlihat bertumpuk-tumpuk. Coba saja masuk ke mesin pencari di internet dan tuliskan kata kunci “cinta” baik itu di image, file atau apalah yang dimau, pasti keluarnya tulisan 1-12 of millions!

Kata si Patkay, cinta : deritanya tidak pernah berakhir. Ya kalo itu yang bilang Patkay yaw ajar lah. Secara Patkay itu kan manusia bermuka be-a-be-i (dibaca:babi), mana ada yang mau sama dia sekalipun dia sudah mempersembahkan cinta sejatinya. Glek!

Kembali ke atas. Menemukan seseorang yang dapat membantumu menjadi dirimu sendiri. Jadi apakah kita [aku terutama] belum menjadi diri sendiri? Kok gak enak banget ya sindirannya… sebentar, ijinkan aku berkontempasi.

Menemukan seseorang.
It means : memang harus ada seseorang yang membantu kita. ada dua kata disini : menemukan dan seseorang. Menemukan selalu diartikan sebagai hasil dari pencarian. Jadi kalo tidak mencari ya tidak menemukan. Wong mencari saja kadang tidak menemukan, apalagi tidak mencari. Dalam hal ini (serius niy) jangan ikuti kata nasehat gelo : banyak belajar, banyak lupa, sedikit belajar sedikit lupa, tidak belajar tidak lupa. Gelonya adalah apa yang mau dilupakan kalo tidak ada yang dipelajari. Nah sama juga dengan mencari. Apa yang mau ditemukan kalo tidak mencari. Ya gak ya tho?

Artinya lagi, ada sebuah proses disini. Menemukan adalah proses yang dimulai dengan mencari. Karna itu kudu dijalani. Kembalinya nanti adalah hasil, yaitu menemukan. Menemukan sesuatu yang memang dicari, diperlukan, dibutuhkan, diinginkan, dan di- yang lainnya.

Sekarang kata kedua, seseorang. Seseorang selalu dan harus bentuknya manusia. Karna kalo benda kudunya katanya adalah sesuatu. Kalo hewan maka seekor. Tumbuhan adalah sebuah. Tidak ada kan sebutan seekor anak manusia sedang berlarian ke sana kemari mencari cinta. Bisa diamuk massa nanti.

Jadi ketemu subjek keduanya. Manusia. Dan kalo dalam konteks menemukan manusia, ya kudu dilihat lagi menemukan manusia seperti apa. Menemukan manusia untuk keperluan apa. Menemukan manusia yang bisa diajak apa. Wew.. rumit!

Sudah sudah, akan kusempitkan “pencarianku”. Bukankah tadi bahasannya adalah cinta? Maka mudah sekali akan kusempitkan ini. Jelaslah yang akan dicari adalah seseorang yang layak dicintai, dapat dicintai dan tentu saja mencintaiku. Loh, kok mencintaiku? Ya iyalah… kan yang nulis aku. Suka-suka aku dunk mau nulis mencintaiku atau mencintai kita. uhuk!

Baiklah, sodara-sodara sekalian (set mode on : serius). Sampai sudah pada satu kalimat penjelas. Menemukan seseorang artinya sebuah perjalanan atau proses mencari orang yang dapat dicintai, layak dicintai dan tentu saja mencintai kita. sepakat tidak jika kubilang tidak semua orang layak dicintai dan tidak semua orang dapat dicintai? Dan karna itu pula akhirnya tidak semua orang bisa mencintai.

Perkara siapa dan seperti apa, itu sangat private sifatnya. Yang pasti yang dicari sudah jelas arahnya : yang dapat dicintai, layak dicintai dan yang mencintai. Jadi silakan dipilih sendiri seperti apa sosok yang seperti itu. Jangan sampai hati kita memaksa untuk dapat mencintai seseorang yang “enggan” kita cinti. Sebentar, aku bicara ini dalam kapasitasku sebagai manusia biasa. Ya maksudnya manusia yang mengenali cinta dalam dimensi sederhana. Cinta yang membahagiakan.

Alangkah tidak nyamannya jika harus memilih hidup dengan orang yang sulit dicintai oleh hati. Ada kalimat agak narsis tentang ini : hidup terlampau singkat untuk dilewatkan dengan pilihan yang salah. Ini warning bagi para Pembina ngaji [ehem!], kata ustadz Faudzil Adhim jangan asal hati cocok dan sholeh maka semua kudu klik. Biarkan anak-anakmu memilih…

[backsound saat ini : kasih putih-nya snada. Pesan sponsor : jangan dimasukkan dalam hati ya Pembina yang baik, masukkan saja dalam nurani]

Jah jadi begitong…  carilah dan temukan orang yang yakin bisa kita cintai. Kan ada tuh deg-degnya ati di awal perjumpaan meskipun cuma dari selembar kertas dan foto. Kalo kata KD dan Melly : bukankah hidup kita akhirnya harus bahagia? Jadi ya kita memang harus berani mengejar bahagia itu. Semangatt!!

Satu frase ketemu maknanya. Sekarang masuk ke frase selanjutnya. Yang dapat membantumu menjadi dirimu sendiri. Hm, lebih berat lagi. Karna itu artinya sebelum menemukan dia yang bisa membantu maka layaknya kita sudah tau seperti apa diiri sendiri itu. Jadi biar nanti gak numpuk-numpuk keadaannya. Ato dengan kata lain biar bisa saling melengkapi dan mengisi.

Pernah tau “kisah cinta” rasul dan zainab kan? Kalo memang pake logika manusia sekarang, pasti tindakan rasul menikahi zainab akan habis-habisan dikecam bahkan mungkin dianggap sebagai penyimpangan. Tapi ternyata, kisah cinta mereka termasuk dalam salah satu kisah cinta yang menggetarkan. Apakah sebabnya? Kita akan lanjutkan setelah pesan-pesan berikut ini..

[Makan dulu. Laper…]

Alhamdulillah untuk makanan dan cintaMu, allah… aku akan mencoba bertahan untuk semua ini, insya Allah…

Sekarang kembali ke masalah yang tadi. Siapakah yang layak kemudian dipilih untuk menjadi orang “yang membantu menjadi diri sendiri”. Kalo bisa dibilang mungkin inilah makna laen dari kriteria ya! Beban yang diberikan untuk orang “yang membantu meenjadi diri sendiri” bukan beban yang ringan. Bukan sekedar pemenuhan sebuah kriteria. Karna setelah ianya terpilih, maka beban selanjutnya adalah ya pemenuhan tugas dari kata “membantu” tadi.

Nah, bagaimana mungkin kita dapat menemukan orang yang dapat membantu menjadi diri sendiri, jika kita belum ngerti sebenarnya bagaimana kita. Kalo bahasa kerennya adalah who am i. Jadi ayo belajar lagi tentang konsep who am i. apakah kita sudah mengenal hakikat kita ataukah masih jauh dari kenal itu?

 Jadi setelah itu, akan lebih mudah untuk mengubah pertanyaan menjadi “who are you?”. Biar kemudian kita [termasuk aku] gak ngasal comot saja. Kalo tadi aku kan sempat kritik para guru ngaji biar gak asal “mengusahakan cinta” saja, sekarang aku kritik yang “pokoke cinta” saja. Kalo melihat sejarah pernikahan-pernikahan Rasul, apa ada cinta yang sedemikian menggebu dalam diri rasul yang kemudian membawa rasul pada satu kesimpulan aku memilihnya menjadi bagian hidupku?

Jawabannya : ada. Pernikahan rasul dengan Zainab kan? Sampai-sampai Abu Bakar dan Umar kan ngalah karna pernah mendengar rasul membicarakan tentang Zainab. Ehem! Nah tapi… rasul juga gak ngasal kok memutuskan pilihan. Bukan asal merasa kesengsem dengan Zainab, kemudian semua harus berakhir bahagia. Kadang hati kita kesulitan lho membedakan cinta yang bener-bener cinta dengan cinta yang cinta-cintaan. Lah, apalagi ini?

Wah, pokoke singkatnya gitu lah…
Gak bakal habis membicarakan cinta. Luas tak terbatas. Direnangi juga gak sampai-sampai tepinya. Semoga Allah menunjukkan jalan penemuan cinta itu ya! Eh iya, kalo ada perasaan cinta yang bisa mengubah tai kucing jadi coklat, aku peringatin jangan sekali-kali anggap itu cinta. Itu namanya bodo bin jorok. Dah tau tai kucing kok dibilang coklat, cium dulu napa kalo mau menyimpulkan? Uhu hu…

Aku mencintaimu dengan sederhana
Seperti api kepada kayu
Yang membuatnya tiada

[Sapardi Djoko]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar