Senin, 19 Desember 2011

Pertama


April 26, 2005
 
Keinginanku atasmu sangat simple. Tetaplah di sampingku dan bantu aku untuk terus bertahan. Aku hanya ingin, aku bertemu denganmu dan engkau memilihku karna memang ada sesuatu yang membuatmu memilih. Bukan sekadar sebuah dorongan perwakilan keinginan untuk berarti lebih taar. Bukankah cinta sebelum pertemuan hakiki diperbolehkan?

Aku ingin masa depan keluarga kita adalah milik kita. aku dan engkau. Maka kemudian kita akan menggambari semua itu dengan pelangi suka duka. Ada saat tiba-tiba pelangi tak lagi terlihat jelas warnanya, hanya samar saja. Biarkan itu… karna  nanti aku yakin kita akan membuatnya sewarna pelangi yang pertama dulu.

Apakah engkau tau rasanya rindu ini?
Hhff… biru! Aku sangat merindukan birunya hatiku yang menumpahkan semua cerita padamu, aku sangat merindukan saat aku bisa berbagi banyak hal padamu. Kemudian mengeluh, berbagi ataupun menangis. Dan juga, saat aku ada yang menenangkan…

[Naff : aku mau di sisa waktuku, bersamamu…]

Sulit kuungkapkan. Kerinduanku makin beranak pinak dan menjalar kemana-mana. Aarggghhh… aku merindukan saat nantu aku akan dikuatkan menyelesaikan semua tugas kehidupan yang makin lama makin menumpuk. Rindu yang mendaging dalam pertemanan hakiki menuju birunya akhirat. Apa begini juga ya rasanya dada nabi saat beliau menanggung “rasa” pada Zainab? Hingga katanya, andai Aisyah tau pasti Aisyah akan cemburu dengan sangat. Huh…

Banyak hal.
Dan apakah saat ini engkau mendengarku berkelakar tentang rindu ini? Aku katakana dalam sebuah nyanyian yang mungkin hanya aku yang dapat mendengarnya. Orang bilang itulah nyanyian hati. Ehem!

Aku akan berdoa. Aku akan meminta. Aku akan bersila.
Semoga Engkau mau menatapku dan rindu ini. Aku merindukannya dalam kurun waktu yang lama. Dan Engkau mau, aku bersabar bukan? Tapi jika kubisikkan padaMu rinduku ini, apakah Engkau akan yakin bahwa memang aku sangat merindukannya? Engkau pasti tau siapa dia…

Jika kemudian aku berkolaborasi dengan hati dan jiwaku meminta, apakah Engkau bisa segera mendatangkannya untukku. aku takut rinduku tidak lagi berujung dan kemudian malah berarak tanpa tuju. Betapa rapuhnya hatiku!

Biar kutuliskan disini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar